Blog ini menampilkan Koleksi Barang Koeno

Mulai saat ini untuk mendapatkan barang kuno lainnya silakan kunjungi juga WARUNG KUNO

Sementara bagi para kolektor dan pecinta sepeda onthel dapat mengakses WARUNG ONTHEL

Semua blog diatas masih berada dalam layanan satu atap dengan Griya Kuno.

Terima kasih atas kunjungan anda.

Jumat, 25 September 2009

Telephone Putar Kuno (Tinggi) Ericsson Hitam

(Kode: GK 80)
SUDAH TERJUAL
 









Begitu saya upload langsung saja dibooked. Maka mau tidak mau telephone ini segera saya kirim ke Jakarta. Mungkin memang benar juga kalau barang ini belum berjodoh dengan saya.Sebenarnya saya dapat telephone ini sudah lumayan lama. Bahkan ketika itu saya secara tidak sengaja saja menawar dengan harga diatas teman teman saya. Kontan saja teman saya yang sedari pagi sudah bolak-balik mencoba menawar dan mengintai telephone ini terlihat sedikit kecewa lantaran barangnya sudah berpindah ke tangan saya hanya dengan selisih harga yang tak seberapa.
Dan memang untuk sementara belum diupload lantaran saya baru saja ulpload telephone sejenis dengan merk erricson. Senasib dengan telephone erricson yang begitu saya upload langsung saja di pesan, maka kali ini telephone yang semula belum terupload dan masih tersimpan di rumah saya langsung dipesan dan diminta untuk di upload segera. Maka seketika telephone ini saya pasang di blog langsung terjadi transaksi.
Telephone ini serupa dan sejenis dengan telephone putar kuno yang saya posting beberapa waktu yang lalu. Semula saya membeli telephone ini dengan tujuan untuk hiasan rumah sendiri atau hendak untuk koleksi pribadi. Namun belum sempat telephone ini saya upload sudah ada kolektor yang bertanya tentang telephone putar kuno ini.

Sabtu, 12 September 2009

Teplok

(Kode: GK 79)
SUDAH TERJUAL
Berbeda dengan jenis lampu teplok yang saya posting sebelumnya. Teplok-teplok ini terdiri dari berbagai kombinasi generasi. Lihat saja dari jenis ulir atau kenir yang di pasang di kedua lampu teplok disamping. Tentu tampak jelas bedanya, yang satu terbuat dari kuningan dan satunya lagi terbuat dari seng biasa. Biasanya ulir tempat sumbu atau sering disebut kenir yang terbuat dari kuningan adalah kenir lawas atau lebih tua ketimbang kenir seng biasa. Kebanyakan yang bisa ditemui di toko-toko sekarang adalah kenir yang terbuat dari kaleng.
Dari kenir ini kita bisa mengenali kalau teplok ini tergolong generasi lawas atau baru. Sudah cukup langka memang untuk mencari kenir terbuat dari kuningan seperti pada lampu teplok ini. Seperti yang sudah saya sebut diatas kebanyakan penjual lampu teplok sekarang membuat tempat sumbu atau kenir dari bekas kaleng roti atau seng.

Tentu kualitasnya kenir jauh lebih baik jika terbuat dari bahan dasar kuningan. Selain lebih artistik dan sedap dipandang juga akan tahan dari karat. Sekalipun sudah tergolong barang tua akan tetapi bila sudah kita bersihkan dan kita poles maka akan tampak mengkilat dan tentunya memikat hati yang memandangnya.
Sementara untuk kaca penutup api atau yang sering disebutnya dengan nama kaca semprong masih banyak kita temukan penjualnya. Begitu pula dengan sumbunya, kita masih bisa membelinya di toko atau pasar penjual kebutuhan rumah tangga. Sebenarnya sumbu dibuat dari kain biasa juga bisa hanya saja kualitas sumbu mempengaruhi kinerja ulir dan nyala lampu teplok ini.






Coba amati pula perbedaan pengait atau peggantung lampu teplok ini. Kita bisa lihat dari ketiga lampu teplok ini memiliki jenis penjepit dan penggantung teplok yang berbeda-beda.

Teplok-teplok terkesan ndeso, kuno dan jadoel. Sudah jarang yang menggunakan lantaran jaman sudah berbeda. Mungkin karena listrik sudah masuk ke desa-desa, tapi jangan lupa ada saatnya lampu teplok ini menjadi sangat berjasa, tatkala PLN mengadakan pemadaman bergilir atau karena ada kendala. Hanya saja kita perlu minyak tanah sebagai sumber energinya, dimana sekarang sudah menjadi barang langka.

Rabu, 09 September 2009

Panflet Film "Losmen"

(Kode: GK 78)
SUDAH TERJUAL
Bila anda ingat PBB, ini dia panflet filmnya. PBB bukan Perserikatan Bangsa-bangsa, juga bukan Persatuan babu-babu, dan tentunya bukan pula Pajak Bumi dan Bangunan.
Sebuah film yang berasal dari drama dengan judul yang familiar saat itu LOSMEN. Semula saya sering lihat sinetron ini (saat itu saya menyebutnya bukan sinetron tapi drama) di station tv TVRI Yogyakarta. Losmen Bu Broto yang sangat familiar sebab saat itu sinetron dan televisi belum semarak seperti saat ini. Siaran televisi hanya dapat di lihat waktu sore hingga tengah malam, kecuali hari minggu dapat di nikmati sejak pagi hari. Dan tentunya hanya ada satu stasiun televisi yaitu TVRI. Maka tidak heran kalau ada sinetron menjadi digandrungi dan populer. Losmen Bu Broto yang akhirnya difilmkan dengan judul PENGINAPAN BU BROTO ini diperankan oleh beberapa artis senior seperti: Mang Udel, Mieke Wijaya, Matias Muchus, Ida Leman, Chintami Atmanegara, Dewi Yul, E'eng, Zaenal Abidin, Agus Melasz, Sutopo, Arie Sandjaya dll serta bintang tamu Marissa Haque.
Memang cuma sebua panflet atau selebaran. Diamana saat itu dimaksudkan untuk mengiklankan sebuah film yang bakal tayang di bioskop tertentu. Hanya saja panflet yang semestinya sudah menjadi benda usang dan sekali pakai ini menjadi bernilai tinggi lantaran kelangkaannya.
Coba saja anda bayangkan sebuah panflet yang hanya ditempel di dinding atau hanya disebarkan begitu saja ternyata ada yang masih menyimpannya dan merawatnya. Ternyata dikemudian hari panfelt ini memiliki cerita masa lalu tersendiri. Seolah bercerita tentang kejadian tempoe doeloe dan serasa kembali ke jaman doloe.