Blog ini menampilkan Koleksi Barang Koeno

Mulai saat ini untuk mendapatkan barang kuno lainnya silakan kunjungi juga WARUNG KUNO

Sementara bagi para kolektor dan pecinta sepeda onthel dapat mengakses WARUNG ONTHEL

Semua blog diatas masih berada dalam layanan satu atap dengan Griya Kuno.

Terima kasih atas kunjungan anda.
Tampilkan postingan dengan label Serba Kuningan/ Tembaga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Serba Kuningan/ Tembaga. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 Mei 2013

Cap Batik 20x20

(Kode: GK 289)
SUDAH TERJUAL
 

Kamis, 13 Desember 2012

Jumat, 20 Januari 2012

Lampu Andong

(Kode: GK 229)
SUDAH TERJUAL





Jumat, 08 Januari 2010

Minggu, 30 Agustus 2009

Bokor Kuningan

(Kode: GK 77)
Nenek saya dulu menyebutnya dengan sebutan wadah dubang atau singkatan dari idu abang. Dengan kata lain bokor ini tempat ludah merah. Disebut demikian karena fungsi bokor ini oleh nenekku digunakan untuk meludah saat sedang mengunyah sirih. Lantaran ketika mengunyah sirih ada bahan berupa gambir yang membuat ludah menjadi merah maka tampat seperti ini kemudian disebut wadah dubang.
Di Solo bokor semacam ini kemudian sering saya dengar dengan istilah paidon yang artinya juga tempat meludah. Senada dengan istilah Nenek saya di Magelang.
Akan tetapi bokor kuningan semacam ini dapat berfungsi lain. Dan semestinya memang demikian. Bokor ini sering digunakan untuk tempat menacapkan gedebok pisang atau pohon pisang yang hendak dibuat kembar mayang dalam acara perhelatan resepsi pengantin. Atau difungsikan sebagai pot untuk rangkaian bunga. Mungkin fungsi ini yang lebih tepat menurut saya. Sementara fungsi sebagai wadah dubang atau paidon adalah fungsi sekunder saja sepertinya. Saya tidak tahu persis yang mana fungsi sebenarnya. Yang jelas mau difungsikan sebagai apa saja barang ini termasuk barang lawas atau kuno yang mahal harganya lantaran terbuat dari kuningan yang lumayan berat.

Rabu, 26 Agustus 2009

Lampu Andong





(Kode: GK 76)
SUDAH TERJUAL

Lagi-lagi koleksi simpanan saya harus saya munculkan. Pasalnya lampu andong yang rencana semula mau dipakai sendiri, akhirnya akan segera diboyong pelanggan saya ke Jakarta.
Lampu ini sebenarnya sudah lama saya dapatkan. Saya simpan di peti besi lantaran kedepan rencananya mau saya pasang di rumah saya di Magelang bila sudah jadi tentunya.
Tapi apa mau dikata, simpanan ini akhirnya terbongkar juga. Dan agar sang pembeli tidak kecewa nantinya sebelum saya kirim lampu saya tampilkan dulu di griyakuno. Alasannya simple saja, pertama agar lampu yang satu ini masuk dulu dalam daftar koleksi benda kuno saya. Kedua agar sang pelanggan mengetahui keadaan lampu ini sebelum saya kirim nantinya.
Lampu ini cocok dipasang di tiang rumah model ruma Jawa atau di teras rumah apa saja. Selain itu anda juga bisa memasang lampu ini sebagai hiasan sepeda onthel anda (bagi pecinta sepeda onthel). Jika ingin lihat hasil modifikasi sepeda onthel yang diberi lampu andong semacam ini bisa anda liat dan akses di blog saya yang lain yaitu http://www.sepedakuno.multiply.com/
Sementara fungsi asli dari lampu ini tentunya adalah terpasang di delman, atau dokar atau andong.

Kamis, 06 Agustus 2009

Bell Kuningan

(Kode: GK 70)
Melihat lonceng ini saya langsung teringat 5 tahun yang lalu saat saya mulai mengajar di SD Pamardiputri Keraton Surakarta. Sebuah sekolah dasar yang konon merupakan sekolah dasar favorit di Solo. Para muridnya konon juga hanya dari kalangan putri-putri dalem atau wayah dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoeboewono atau Kerabat Keraton Surakarta. Sekolah yang di asuh oleh Yayasan Pendidikan Kasatriyan atau pamoelangan Kasatrijan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Belakangan sekolah ini terbuka untuk putra dan putri dari kalangan umum. Termasuk ketika saya mengajar di sana saat itu, sekolah ini sudah berbaur untuk orang umum. Hanya saja yang membuat saya teringat pada bell ini adalah tatkala saya mengajar pertama kali di sekolah itu adalah bell seperti ini masih digunakan untuk tanda bell masuk disaat sekolah-sekolah lain sudah menggunakan bell listrik.
Sungguh sebuah ironi dimana sekolah yang merupakan sekolah favorit yang bersebelahan dengna sekolah pariwisata setingkat SMA dan Akademi harus tergusur baik secara fisik maupun fasilitas. Hanya saja sopan santun yang diajarkan kepada anak didik dan cara membunyikan bell di sekolah ini terasa membuat hidup seperti di jaman Keraton atau jaman Kolonial Belanda.
Andai saja mau diceritakan mengenai sekolah tersebut, tentu blog ini terasa sempit. Hanya saja bell ini aka senantiasa mengingatkan saya pada nuansa sekolah keraton dan mengingatkan saya saat-saat awal saya terjun di dunia pendidikan.
Andai saja orang selain saya akan mengenang bell semacam ini dipakai oleh pedagang es krim dorong atau yang sejenisnya maka bagi saya bell ini memiliki memori yang lain ketimbang sekedar bell penjual es keleliling saja. Tapi sebuah bell penanda masuk sekolah di sebuah sekolah ditengah kota dan didalam keraton yang megah dalam era modern seperti ini.

Kamis, 02 Juli 2009

Selasa, 23 Juni 2009

Aladdin Kuningan

(Kode: GK 53)
Memang tidak tampak kuning seperti tembaga. Hanya saja bila kita cek dengan magnit misalnya maka tidak lengket atau tidak ada daya tariknya. Hal ini disebabkan bahan pembuatnya terbuat dari kuningan atau tembaga.
Tidak selengkap seperti lampu Aladdin yang saya posting di http://warungkuno.blogspot.com/, dimana bahan pembuatnya juga berbeda. Silakan klik di blog http://www.warungkuno.blogspot.com/ bila anda ingin melihat lampu Aladdin lengkap dan original serta mengetahui sejarah lampu semacam ini.

Selasa, 07 April 2009

Sendok Kuningan/ Alpacca


(Kode:GK 16)
SUDAH TERJUAL

Sekilas memang sendok ini seperti tebuat dari kuningan atau tembaga. Tetapi setelah saya mendapat informasi dari sumber yang terpercaya saya jadi tahu kalau bahannya adalah alpacca.

Senin, 06 April 2009

Oeang Repoeblik Indonesia (ORI)



(Kode:GK 14)

Bukannya mau ngikut ejaan kang mas Dwi memang demikianlah adanya. ORI atau kepanjangan dari Oeang Repoeblik Indonesia . Uang ini di daerah saya disebut juga denga uang benggol. Ada yang terbuat dari logam biasa, kuningan dan aluminium.
Saya mendapatkan ini di pasar klithikan Solo. Ketika saya dapat uang ini saya langsung teringat kalau saya juga masih menyimpan uang semacam ini di rumah Magelang. Kalau tidak salah saya mengubur uangnya di bawah lantai yang saat itu mau di plester (di beri semen). Jadi kalau saya ingin mengambilnya lagi mestinya saya haru menggali lobang di ubin/ lantai rumah saya. Itu saja bila lokasinya tidak keliru. Salah-salah saya harus mengganti seluruh lantai.