Lampu teplok disebutnya demikian karena lampu ini di templok di tembok (ditempel di dinding). Teplok seperti ini cukup familiar bagi saya lantaran lampu ini yang selalu setia menemani belajar malam saya dulu. Sebenarnya listrik PLN sudah masuk ke desa saya, hanya saja rumah saya measang intalasi listrik agak belakangan ketimbang tetangga-tetangga. Maka dari itu teplok ini andalan saya di waktu malam.
Tidak lantas dibuang begitu saja, artinya sesudah aliran listrik ada dirumah saya teplok ini masih tetap menjadi andalan tatkala listrik PLN padam. Kurang begitu paham saat itu, sering listrik di desa padam, memang ada pemadaman bergilir atau lantaran ada kendala pohon tumbang dll, yang jelas jikalau listrik padam maka teplok ini masih tetap berguna menerangi ruagan rumahku.
Tidak lantas dibuang begitu saja, artinya sesudah aliran listrik ada dirumah saya teplok ini masih tetap menjadi andalan tatkala listrik PLN padam. Kurang begitu paham saat itu, sering listrik di desa padam, memang ada pemadaman bergilir atau lantaran ada kendala pohon tumbang dll, yang jelas jikalau listrik padam maka teplok ini masih tetap berguna menerangi ruagan rumahku.
Ketika saya memutuskan membeli teplok ini saya hanya tertarik pada seng penutup dan sekaligus sebagai alat gantung teplok ini. Pasalnya dalam seng tersebut terdapat gambar logo Bagong dan tulisan Rukun Product menggunakan aksara Jawa, yang bagi saya unik dan sudah cukup langka untuk mendapatkannya. Kebanyakan teplok sekarang gambar berupa tempelan stiker. Untuk motif gambar langsung seperti ini jarang. Alasan kedua membeli teplok ini adalah dikarenakan saya dirumah sudah memiliki beling semprong yang cocok atau sekukuran dengan teplok ini. Maka dari untuk memanfaatkan semprong yang ada teplok ini akhirnya saya ambil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar